Manajemen Perubahan Klub Sepak Bola
May 23, 2014
Musim 2013/2014 sepak bola Eropa hampir berakhir. Para juara liga masih terhanyut dalam euforia kemenangan. Sebagian pemain yang telah mengangkat piala musim ini sedang bersiap untuk berangkat ke Brazil dengan penuh percaya diri, guna berkompetisi di turnamen terakbar, Piala Dunia. Sedangkan bagi mereka yang tak kebagian tiket Piala Dunia, mungkin mereka kini tengah menikmati liburan bersama orang-orang tersayang dengan senyum dan tawa sumringah.
Tapi itu hanya gambaran hidup segelintir pemain saja. Mereka yang belum pernah merengkuh nikmatnya sampanye dari piala-piala yang diperebutkan setiap tahun itu mungkin kini sedang meratapi musim yang baru saja mereka lewati. Sebagian lagi mungkin malah merasa bahagia dalam hatinya saat peluit akhir di pertandingan terakhir liga dibunyikan – bukan karena tak sabar mengangkat piala, namun karena penderitaan mereka atas kegagalan musim ini telah berakhir dan tiba saatnya untuk menghidupkan kembali asa meraup sukses di musim berikutnya.
Mungkin para pendukung Barcelona dan Manchester United paham betul narasi saya diatas. Mereka hanya ingin liga secepatnya berakhir, agar penderitaan mereka cepat pula berakhir – banyak dari mereka yang berharap musim ini hanya mimpi buruk semata. Hal tersebut juga barangkali diamini oleh para petinggi dua klub besar dunia tersebut. Tak lama setelah musim berakhir, Barcelona dan Man United mulai sibuk melakukan perubahan yang memberikan secercah harapan bagi para pendukungnya.
Sudah merupakan hal yang lumrah dalam sepak bola untuk menggunakan pelatih sebagai tameng dari segala kritikan, meski ia tak berada di lini terdepan saat pujian dilemparkan. Oleh karena itu, sah-sah saja ketika pelatih Barcelona, Gerardo “Tata” Martino, dan pelatih Man United, David Moyes, meninggalkan kursi kepelatihan mereka akibat kegagalan mereka meraih setidaknya satu gelar, yang sudah menjadi target minimum klub sebesar Barca dan Man United.
Kedatangan Luis Enrique ke Barcelona dan pelatih veteran, Louis Van Gaal, ke Manchester United, diyakini bisa membawa perubahan positif untuk kedua klub. Meski demikian, ibarat uang koin yang dilempar, “perjudian” yang dilakukan oleh petinggi dua klub tersebut dapat membawa dampak yang baik atau malah membuat klub mereka kian terpuruk.
Pada dasarnya, perubahan di sektor manajerial bisa menimbulkan perubahan masif di level manajemen tim karena, biasanya, pelatih baru tak hanya membawa dirinya namun turut membawa beberapa orang kepercayaannya untuk menemaninya di bangku kepelatihan. Misalnya David Moyes, yang ketika ditunjuk menjadi manajer Man United musim lalu turut membawa Steve Round, Chris Woods, dan Jimmy Lumsden Sedangkan kini, Louis Van Gaal pun mengajak Frans Hoek dan Marcel Bout untuk duduk di jajaran kepelatihan.
Dengan adanya perubahan manajemen ini, kesuksesan sebuah klub sepak bola berada di tangan para manajer/pelatih yang memahami empat teori dasar manajemen perubahan, yaitu:
Durasi
Di era sepak bola modern, durasi atau rentang waktu menjadi kendala serius dalam pengembangan sebuah klub sepak bola. Hasrat yang begitu besar untuk mencicipi gelar juara kadang membuat klub mengesampingkan faktor durasi dalam perubahan strukutur klub. Gonta-ganti pemain dan pelatih sudah bukan hal yang tabu di dunia sepak bola sekarang.
Kini, banyak pelatih yang menyamakan tim yang dilatihnya dengan sebuah proyek. Secara sederhana, proyek dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, simple project dan complex project. Untuk meraih kesuksesan, rencana dan pelaksanaan harus dinamis dan disesuaikan dengan keadaan. Hal ini bisa diketahui melalui proses evaluasi. Proyek sederhana memiliki durasi evaluasi yang lebih panjang, minimal dua bulan sekali, sedangkan projek kompleks memiliki durasi evaluasi yang lebih singkat, minimal dua minggu sekali.
Dalam struktur tim saja, misalnya, evaluasi harus dilakukan setiap minggunya. Seorang pelatih harus bisa memasukkan, setidaknya, data selama sesi latihan dan analisa tim lawan ke dalam pertimbangan penentuan rencana di pertandingan yang akan dihadapinya.
Ketika pengevaluasian menunjukan proyek tak berjalan dengan mulus atau di luar durasi yang ditentukan, memahami inti masalah, melakukan perbaikan, dan belajar dari pengalaman adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan.
Integritas
Ketika David Moyes dan Tata Martino menangani Man United dan Barcelona, masalah integritas atau kesatuan menjadi salah satu dari berbagai kendala mereka dalam melakukan pekerjaan sebagai pelatih. Ini terlihat dari isu tentang kelakuan para pemain senior yang kurang kooperatif terhadap pelatih baru mereka.
Perpecahan antara pemimpin dan tim ini lah yang membuat hilangnya kepercayaan satu sama lain. Kredibilitas di setiap elemen akhirnya hilang begitu saja. Sebagai pemimpin klub, pelatih diwajibkan memiliki kemampuan memecahkan masalah, mengutamakan hasil, handal dalam berorganisasi, dan memegang prinsip kepelatihan sendiri, serta tetap dinamis dan bertanggung jawab atas keputusannya. Mungkin hal inilah yang belum dimiliki oleh Tata dan Moyes.
Komitmen
Tak sedikit pemain yang berkomitmen terhadap klubnya, namun kesulitan untuk berkomitmen dengan pelatih baru, apalagi dalam waktu yang singkat. Mereka biasanya berlindung di balik ungkapan “respect is earned” dan bertingkah layaknya anak SMA yang baru diajar oleh guru magang.
Untuk memudahkan proses komitmen tersebut, perlu adanya komunikasi yang jelas dari semua pihak. Contohnya, ketika sang pelatih mendesain langkah-langkah untuk projeknya, perlu adanya keterbukaan antara pemain dan pelatih, apakah pemain tersebut akan menjadi pilihan utama atau tidak. Dengan adanya kejelasan di setiap pihak, friksi pun bisa dikikis.
Usaha
Usaha menjadi langkah dasar terakhir dalam manajemen perubahan. Baik dari manajemen klub, pelatih, staf, maupun pemain harus mengetahui dan meniatkan untuk melakukan usaha yang lebih di musim berikutnya.
Jika beragam usaha sudah dilakukan dan target tak jua tercapai, mungkin mereka bisa mengulang sejarah dengan memanggil kembali aktor pelaku sejarah tersebut. Pemanggilan kembali Pep Guardiola dan Sir Alex Ferguson bisa menjadi alternatif jika berbagai jalan yang dilalui berujung buntu. Tapi sebelum berpikir ke sana, mari kita buat popcorn dan nikmati bagaimana Luis Enrique dan Louis van Gaal menerapkan empat dasar teori ini di musim 2014/2015 mendatang.
Sumber foto: italpress.com
0 comments