Materi Orientasi Liverpudlians
April 03, 2014
Bertengger dipuncak
klasemen sementara Liga Inggris, membuat Liverpudlians mulai
sedikit kembali kepada arogansi sebagai tim besar. Mengapa saya katakan hanya
sedikit? Terlalu lama menjadi tim medioker, mental para pendukung Liverpool
masih belum pada bentuk semula sebagai pendukung setia tim besar Eropa.
Memiliki koleksi gelar
Liga Inggris sebanyak 18 kali dan menjadi tim Inggris yang paling sukses di
Eropa dengan torehan 5 kali juara Piala/Liga Champions, nampaknya sedikit
mengikis ingatan Kopites tentang hal itu. Bukan tanpa alasan,
cibiran tentang pendukung yang suka membahas memori lama, kerap menjadi
bulan-bulanan pendukung Liverpool di sosial media.
Bung Karno pernah
berorasi tentang JAS MERAH atau “jangan sekali-kali melupakan sejarah” karena
dengan mengingat sejarah kita membuat diri kita lebur ke dalam perjalanan
hidupnya. Bangga akan masa lalu sebagai pribadi yang baik, bukan lah suatu aib
yang harus ditutup-tutupi. Justru bisa dijadikan barometer untuk bisa melampaui
prestasi-prestasi yang terdahulu.
Kini para Kopites pun
mulai kehilangan arah dengan hasil yang diraih oleh Liverpool. Arogansi sebagai
tim raksasa yang sudah memudar dan menjagokan tim pujaannya diawal musim
sebagai tim medioker bercampur. Perasaan kontradiksi inilah yang membuat mereka
sedikit kebingungan.
Celotehan beberapa Liverpudlians yang
dengan rendah hati mengatakan bahwa target sesungguhnya bagi Liverpool menghuni
empat besar adalah indikasi mulai lunturnya optimisme terhadap Gerrard dkk. Dan
hanya mengatakan juara EPL adalah bonus, menunjukan keseganan sebagai pesaing
gelar juara.
Dengan demikian saya
memberikan beberapa elemen yang menjadi materi orientasi baru untukLiverpudlians.
Penghancur Tim Besar
Karakter yang benar-benar
terbentuk sebagai tim besar di uji pada saat melawan tim-tim besar lain. Di
musim ini, Liverpool sudah menunjukan hal tersebut dengan menawan, baik di laga
kandang ataupun tandang. Melibas tim ratusan juta pound, Tottenham, dengan
total agregat 9 gol adalah bukti sahih.
Selanjutnya rival
sepanjang masa mereka, Manchester United, pun tak diberi angka meski sekedar
satu poin di dua pertemuan mereka. Dan pesaing gelar juara, Arsenal, tak jua
luput dibuat tak berdaya di Anfield dengan skor 5-1.
Enam pertandingan
tersisa, Suarez dkk. akan menghadapi pesaing gelar juara Chelsea dan Manchester
City. Sebagai penakluk tim besar, tak ada alasan Liverpudlians untuk
tidak merayakannya sejak dini.
Ganjalan Tim Kecil
Sepanjang 2014, Liverpool
tak terkalahkan di ajang Liga Inggris. Hanya mengalami dua hasil imbang oleh
tim semacam Aston Villa dan West Bromwich Albion.
Yang perlu diingat
sebagai tim besar adalah bahwa semua tim ingin mengalahkan kita, baik tim besar
ataupun tim kecil. Oleh karenanya, konsentrasi dan fokus sangat perlu
diperhatikan oleh pasukan Brendan Rodgers.
Ketika menghadapi tim-tim
besar, fokus pemain, pelatih dan para jajaran pelatih mungkin bisa mencapai
1000%. Namun sebaliknya, materi krusial tentang klub kecil suka diabaikan. Atau
justru tim kecil yang mengerahkan 1000 % kekuatan untuk mengalahkan tim
terbaik.
Sepak Bola Menghibur
Liverpool seakan menjual
produk baru dengan paket yang begitu komplit sebagai tim. Sebagai tim yang bisa
dikatakan murah, The Reds terlihat begitu berkelas saat tampil
kapanpun, dimanapun.
Sebagai penikmat sepak
bola, sudah barang tentu gol menjadi sesuatu yang amat kita tunggu. Dengan
torehan gol terbanyak di Liga Inggris dengan total 88 gol, ditambah dengan
proses gol yang begitu ciamik, sungguh hiburan yang nyata Liverpool sebagai
pelaku industri sepak bola. Tak heran jika pelatih Bayern Munchen, Pep
Guardiola, menginginkan Liverpool kembali ke Liga Champions.
Dengan materi orientasi
tersebut, seharusnya Liverpudlians mulai menunjukan optimism
kebanggaan tanpa embel-embel apapun.
#YNWA
0 comments