Man United, Menuju Kesempurnaan

March 10, 2014


Memang berlebihan judul artikel ini. Lama tak merasakan kemenangan, seluruh pendukung Manchester United mengekspresikannya seolah mereka sudah merebut juara Liga Inggris atau bahkan juara Liga Champions.
Kemenangan 0-3 yang mereka dapat di akhir pekan lalu adalah rasa balas dendam Rooney dkk. atas dipermalukannya mereka di Old Trafford 1-2 pada paruh musim lalu. Dengan perbedaan kualitas yang dimiliki oleh kedua tim, memang sudah seharusnya Man United tidak merasakan sama sekali kesulitan saat menghadapi tim berperingkat 17 klasemen tersebut.
Permainan yang mereka tunjukan ketika melawan WBA, mungkin menjadi permainan terbaik mereka musim ini. Mencetak 3 buah gol, tanpa kemasukan satu gol pun rasanya sudah cukup menjadi indikator keseimbangan mulai terjadi pada the red devils.
Dibawah ini adalah beberapa faktor penting yang membuka jalan kesempurnaan permainan Man United.
Marouane Fellaini          
Bergabungnya Fellaini bersama setan merah, dirasa menjadi pembelian panik David Moyes ketika gagal mendatangkan pemain-pemain semacam Fabregas, Thiago atau pun Modric. Namun sudah sewajarnya, saya rasa, seorang pelatih menggantungkan taktik dan filosofinya kepada satu atau dua pemain.
Sama halnya ketika Mourinho memboyong Ricardo Carvalho dan Paulo Ferreira dari F.C Porto sebelum bergabung bersama Chelsea, Moyes pun mejatuhkan piilhannya kepada Fellaini. Pensiunnya Scholes membuat lubang di lini tengah Man United, dan Moyes memplot si kribo sebagai pengganti yang cocok untuk kedepannya.
Fellaini memang bukan Scholes. Dan tak akan pernah ada pemain yang bisa menirukan gaya permainan sang ginge prince. Akan tetapi dengan perombakan manajerial di kubu Man United, otomatis filosofi tim tersebut pun berubah. Dengan demikian, pemain asal Belgia tersebut pun masuk dalam projek sang pelatih.    
Ketika menjadi starter di dua laga tandang Premier League bersama Carrick, Man United berhasil mengambil 3 poin penuh. Dari statistik squawka, performa Fellaini melawan WBA sungguh impresif. Ketika akun twitter Man United memilih Rafael, Rooney dan Jones sebagai calon man of the match di partai itu, saya justru lebih setuju jika Fellaini lah yang berhak atas gelar MOTM.
Dengan postur yang tinggi dan stamina yang kuat, beberapa kali terlihat Fellaini berhasil menekan pemain-pemain WBA, sehingga sulit mengembangkan perminan. Total 5 interceptions, 5/5 headed duels dan 8/8clearances, membuat pekerjaan Carrick dan tentunya dua jangkar Man United, Jones dan Smalling, lebih mudah.
Rafael Da Silva
Akibat cedera yang membekapnya, Rafael kerap keluar masuk ruang perawatan dan mendapatkan sedikit waktu bermain di tim utama Man United. Namun, ketika ia dalan kondisi fit, pemain berkebangsaan Brazil ini tak pernah mengecewakan.
Di awal musim, Rafael sering terlibat kombinasi yang luar biasa bersama Valencia. Dribble dan speedadalah kelebihan mereka disisi kanan Man United. Sangat terasa jika Rafael absen di laga Man United, kombinasi di sisi kanan baik dalam menyerang dan bertahan tidak sesuai harapan.
Smalling, ketika mengambil peran Rafael di laga melawan Olympiakos, terlihat kaku dan minim kreatifitas. Sedangkan Rafael yang memang memiliki naluri menyerang lebih tinggi, sering terlibat dalam proses penyerangan. Terlihat gol ke-2 Man United di laga melawan WBA, berkat crossing manis sang pemain.
Variasi dan Kombinasi  
Sebelum kehadiran Juan Mata, serangan Man United terlihat monoton. Mengandalkan crossing dari Valencia, Young atau pun Janujaz membuat permainan mereka mudah ditebak. Tak ada variasi dan kombinasi serangan, menjadi kendala Man United selama ini. Namun pertandingan tadi malam seakan membungkam para pengkritik Man United.
Dengan skema 4-4-1-1, Moyes menempatkan Mata sebagai inverted wing dan Janujaz sebagai sayap kiri. Sejatinya, pemain sayap kerap menyisir pinggir lapangan. Dan mungkin sesekali melakukan cut in ketika meyerang. Namun pola ini tak menunjukan keasliannya.
Mata justru lebih banyak bergerak ketengah bersama Rooney dan melakukan beberapa short passes yang menghasilkan kombinasi brilian di lini tengah Man United. Melihat proses terjadinya gol ke dua Man United dengan sedikit melakukan one-two passes di lini tengah, dan perpindahan haluan serangan ke sisi sayap ketika Rafael melakuan overlap, adalah indikiasi variasi dan kombinasi mulai tumbuh.
Ketika Mata memberikan warna beda dengan one-two passes-nya, Janujaz justru tetap pada gaya permainannya dengan crossing dari sisi sayap dan sesekali melakukan drive ke lini pertahanan lawan. Dan ini bukan suatu hal yang buruk untuk mereka, hal ini adalah bentuk alternatif serangan.
Hadirnya Fellaini dan Rafael pasca cidera membuat permainan Man United mendekati kesempurnaan. Kombinasi dan variasi yang diberikan Juan Mata, memberikan aroma baru serangan di kubu setan merah. Dan kesempurnaan ini pun mungkin akan berlanjut di laga berikutnya melawan rival mereka dipekan depan, Liverpool, dan membalikkan keadaan ketika berjumpa Olympiakos di Liga Champions.      
Semoga.

You Might Also Like

0 comments