The Mata’s Effect
January 27, 2014
Juan Manuel Mata Garcia, atau lebih dikenal dengan
Juan Mata, kini menjadi nama yang paling populer di bursa transfer musim dingin
ini. Nilai transfernya berhasil memecahkan rekor transfer klub, yang sebelumnya
dipegang oleh Berbatov, senilai 37.1 juta Poundsterling. Penjualan yang
dilakukan Chelsea kepada salah satu rivalnya ini juga mengundang reaksi
beberapa pelatih tim Liga Inggris. Pro dan kontra terkait transfer pemain
berdarah Spanyol ini malah semakin menambah panas berita tersebut.
Dibawah kepimpinan Jose Mourinho jilid dua, the
blues harus merelakan pemain yang sudah meraih gelar pemain terbaik di
klub dalam 2 musim terakhir ini pergi. Mou yang memang terkenal sebagai pelatih
yang berprinsip, tak segan membuang pemain yang memang tidak masuk dalam rancangan
proyeknya. Sebut saja Quaresma, yang disingkirkan ketika dirinya menukangi
Inter Milan, dan Kaka juga Casillas, yang terpaksa menepi ketika Mou
mengarsiteki Real Madrid.
Mata harus angkat koper dari Stamford Bridge karena the
special one menilai Mata bukanlah aktor yang tepat untuk memainkan
filosofinya. Di samping itu, primanya penampilan Hazard, Willian, Oscar, dan
Schurrle pun kian menepikan posisi Mata di starting XI Chelsea.
Mou yang memang pecinta pemain lincah di sisi sayap dan maksimal ketika berduel
di lini tengah, telah menunjukan pintu keluar klub, secara implisit, kepada
Mata yang tipenya bertolak belakang dengan tipe pemain pilihan sang manajer.
Terlepas dari faktor-faktor yang menyebabkan Juan
Mata hengkang dari klub London tersebut, mari kita melihat ke depan dan mencoba
melihat The Mata’s Effects.
Mata’s Effect #1: Philosophy
Dalam sebuah bincang di SkySport, sebelum
rampungnya transfer Juan Mata, Gary Neville dan pundit lainnya, Jamie
Carragher, membahas posisi ideal untuk Juan Mata jika ia benar-benar berlabuh
di Old Trafford. Neville secara tegas mengatakan bahwa Mata adalah pemain yang
jauh dari filosofi bermain setan merah.
Mata yang biasa berperan sebagai playmaker atau second
striker, lebih banyak bermain di posisi tengah ketimbang melebar. Sedangkan
yang kita ketahui, di era Sir Alex Ferguson, Man United selalu mengandalkan
pemain-pemain sayap mereka. Dari case study tersebut bisa
disimpulkan bahwa Man United memang akan mengubah filosofi bermain. After
all, the era is over, so why not start anew?
Mata’s Effect #2 : Out Flow
Ada yang datang, ada juga yang harus pergi. Dampak
dari kedatangan Juan Mata tampaknya tidak sepenuhnya disambut gembira oleh
seluruh punggawa the red devils. De Gea adalah orang yang paling
bahagia dengan kedatangan pemain dengan kewarganegaraan sama dengannya, begitu
juga Carrick, Robin Van Persie, dan Wayne Rooney yang sama-sama mengucapakan
selamat datang untuk Juan Mata di akun twitter mereka masing-masing.
Ya, mereka adalah pemain yang menyadari kualitas
Juan Mata sebagai katalis tim mereka. Dan yang terpenting, mereka adalah
pemain-pemain yang sangat kecil kemungkinannya untuk digeser oleh Mata. Bisa
bermain dengan pemain berkualitas semacam Mata justru menambah kegairahan
bermain bagi pemain-pemain tersebut.
Namun, cobalah anda tengok official twitter
account dari pemain semacam Luis Nani, Ashley Young, Antonio Valencia,
ataupun Shinji Kagawa. Adakah mereka mengucapkan selamat datang kepada Juan
Mata? Tidak.
Juan Mata adalah sang pencuri masa depan, yang siap
merebut posisi mereka di tim. Sangat tak masuk akal rasanya jika Moyes sudah
mengeluarkan dana begitu besar untuk seorang pemain, hanya untuk dicadangkan (well,
the Glazers are not Abramovich). Dan mereka-mereka inilah para kadidat
yang akan menjadi tumbal pembelian Juan Mata.
Mata Effect #3 : High End Item
Gagal di Piala FA, gagal pula di League Cup,
terseok-seok mengejar posisi 4 besar, dan diragukan pula di Champions League.
Kehadiran Juan Mata membuat seluruh pendukung Man United amnesia sesaat akan
hal-hal tersebut. Trofi tak lagi menjadi prioritas utama Man United. Melihat
Mata mengenakan jersey mereka sudah menyembuhkan luka pendukung Man United di
musim ini.
Saya sempat berasumsi bahwa kedatangan Juan Mata
membuat Moyes harus melepas Rooney ataupun Van Persie kedepannya. Namun
kelihatannya, kedatangan Mata mempercepat proses perpanjangan kontrak Rooney.
Rooney menilai Juan Mata sebagai high end item yang selama ini
ia minta dari klub yang fakir bintang itu. Rooney tampaknya melihat keseriusan
Moyes untuk membangun tim yang lebih baik kedepannya, dengan memecahkan rekor
pembelian termahal.
Sejalan dengan pemikiran Rooney, Moyes berharap
Juan Mata bisa mempengaruhi pemain-pemain lain yang ingin datang ke Old
Traffod. Dan melupakan memori kegagalan transfer musim panas lalu.
The price tag don’t lie. Everybody has fun with the high end item.
Mata’s Effect #4 : Title Decider
Arsene Wenger mengeluh akan adanya ketidakadilan
dalam prosesi transfer Mata ke Man United. Pelatih Arsenal itu menilai Chelsea
lebih diuntungkan atas kejadian ini karena sudah menghadapi Man United dua kali
di musim ini. Lain cerita dengan the gunners yang harus
kembali menghadapi setan merah bulan depan. Artinya, Wenger merasa was-was
dengan kedatangan Mata ke Man United yang mungkin akan membawa pengaruh positif
terhadap permainan mereka. Bisa saja hal ini, pada saatnya nanti, mempersulit
jalan Arsenal untuk meraih gelar juara.
Begitu juga dengan pelatih Manchester City, Manuel
Pellegrini. Dengan alasan yang sedikit berbeda namun sama maknanya, Pellegrini
mengatakan bahwa ia tak setuju dengan sistem transfer musim dingin yang
mengizinkan pemain pindah ke liga yang sama. “Akan lebih adil jika pemain
pindah atau datang dari liga yang lain”, ujarnya.
Oleh karena itu, kedatangan Juan Mata sangat
penting sebagai penentu gelar Liga Inggris. No, not for the United
themselves, but for those racing for the title.
All in all, welcome aboard, Juan
Manuel Mata Garcia!
0 comments