Fantasi Liar El Ingeniero
January 13, 2014
“It's no good having an orchestra with the 10 best guitarists if I don't
have a pianist."
Begitulah
celoteh pelatih Manchester City, Manuel Pellegrini. Komentar jadul ini
diutarakan saat membahas materi pemain Real Madrid, ketika berhasil
mendatangkan Cristiano Ronaldo dengan kombinasi Kaka dan Xabi Alonso di tahun
2009. Prinsip itulah yang dipegang the Engineer, atau El
Ingeniero, berkaitan dengan pemilihan materi pemain.
Pellegrini
juga lah yang menjadi aktor utama penjualan Sneijder dan Robben ketika
menangani Real Madrid di 2009 dan 2010. Memiliki banyak pemain dengan sifat dan
teknik yang sama membuat tim terlihat monoton dan minim alternatif. Setidaknya
itulah yang diamini pelatih 60 tahun tersebut.
Tak
hanya berhasil membawa the citizens meraih sembilan kemenangan
beruntun di Liga Inggris ini, namun pelatih asal Chili ini juga menampilkan
sepak bola yang dinamis, seimbang dan tentunya menghibur para penonton.
Pemilihan pemain yang tepat menjadi kunci utama Pellegrini, sang arsitek baru
Manchester City.
Dengan
dana yang tidak terbatas, eks pelatih Malaga ini sebenarnya mampu merealisasikan
fantasi liarnya di klub milik Sheikh Mansour tersebut. Dengan dana yang begitu
besar, Pellegrini bisa saja membeli pemain yang berlabel bintang, seperti apa
yang biasa Real Madrid lakukan. Namun kucuran dana lebih 100 juta Euro
tersebut, ia gunakan untuk mendatangkan pemain-pemain yang ia butuhkan untuk
menerapkan strateginya.
Tengok
saja nama-nama seperti Martin Demichelis, Stevan Jovetic, Alvaro Negredo,
Fernandinho dan Jesus Navas. Mereka adalah sekumpulan pemain yang level
kebintangannya tak terlalu bersinar dibandingkan pemain-pemain lain. Akan
tetapi, mereka sekarang menjelma menjadi pemain menakutkan, khususnya ketika
berlaga di Etihad Stadium. Bukan sekedar mengalahkan, City berhasil membumi
hanguskan tim-tim besar macam Manchester United (4-1), Arsenal (6-3), dan
Tottenham Hospurs (6-0).
Pellegrini
memang terkenal sebagai pelatih yang kerap memproduksi penyerang-penyerang top.
Misalnya, ketika menangani Villarreal, Diego Forlan dibawanya untuk meraih Pichichi
award di musim 2004/05. Selanjutnya, ketika bersama Los
Blancos, ia menjadikan Higuain dan Ronaldo sebagai duet tersubur sepanjang
sejarah La Liga dengan torehan 53 gol.
Dengan
begitu, tak mengherankan melihat City pun begitu subur, baik barisan depan, dan
juga barisan tengah mereka. Sejauh ini duet utama mereka, Aguero dan Negredo,
sudah mencetak total 22 gol. Dan absennya Aguero dibeberapa laga terakhir City,
tak membuat asupan gol mereka hilang begitu saja. Yaya Toure menjadi top
scorer kedua City dibawah Aguero dengan 10 gol. Ini jelas
mengindikasikan kesimbangan serangan yang dimiliki the noisy neighbour.
Keputusan
Pellegrini mendatangkan Fernandinho dan menjadikannya salah satu partner Yaya
Toure di lini tengah, membuat peran Toure semakin sentral ketika membangun
serangan. Yaya yang memiliki dua kepribadian di lini tengah, lebih difokuskan
Pellegrini untuk mengambil alih masalah transisi di City.
Menilik
materi pemain Pellegrini di beberapa klub sebelumnya, keberhasilannya lebih
terlihat ketika menggunakan formasi yang memiliki dua holding
midfielders di dalamnya dengan menambah dua pemain kreatif didepan dan
mengandalkan dua wingback yang bisa digunakan sebagai flank ketika
menyerang. Perpaduan sepak bola Amerika selatan dengan Eropa inilah yang biasa
diterapakan Pellegrini.
Villarreal
dan Malaga, menjadi tim dimana sang manajer berhasil memainkan filosofi ini
dengan baik. Ketika menangani Real Madrid, keberadaan Kaka, Van Der Vaart dan
Ronaldo, membuat formasi ideal Pellegrini sulit diterapkan. Dan membuat dirinya
harus pergi meninggalkan Santiago Bernabeu di musim itu.
Untungnya,
materi pemain yang sudah hampir sempurna di City membuat pekerjaan Pellegrini
jauh lebih mudah. Hadirnya jenderal tangguh di lini tengah City, Yaya Toure,
membuatnya hanya perlu mencari tandem, untuk dijadikan duo
holding-midfielders terbaik di Liga Inggris. Zabaleta, Kolarov dan Clichy
pun, semakin melengkapi wing-back idaman sang pelatih. Silva,
Nasri, dan Navas bergantian menjadi pemain kreatif yang menjadi skema ideal
Pellegrini.
Pelatih
yang mengaku lebih tertarik dengan permainan menyerang, ketimbang permainan man-markingatau
pelanggaran ini, membuat peta peperangan strategi klub-klub di Liga Inggris
menjadi lebih melebar. Namun setidaknya untuk saat ini, pelatih yang juga
pernah belajar di teknik sipil ini, telah membangun fantasi liar untuk dirinya, the
citizens dan seluruh penikmat bola dijagat raya.
0 comments