Istanbul Derby : There Is Always Room For A Drama

September 23, 2013


Malam kemarin ada banyak pertandingan yang mungkin bisa menarik hati anda. Mulai dari derbyManchester dan derby della capitale (Roma – Lazio), hingga pertandingan menarik lainnya semacam el-CASHico (Paris Saint Germain – AS Monaco), AC Milan berhadapan dengan Lazio dan juga PSV Eindhoven melawan Ajax.
Dari beberapa pertandingan yang dikatakan menarik tersebut, hanya derby Manchester yang bisa saya saksikan. Dan sayangnya, pertandingan tersebut hanya berjalan satu arah. United bermain seperti tim yang baru promosi ke Premier League. Terlepas dari pertandingan derby tersebut, weekend saya pun akhirnya terselamatkan dengan menonton derby Istanbul, antara Besiktas dan Galatasaray.
Dalam situs themost10.com, partai derby Istanbul, antara Fenerbahce dan Galatasaray berada dalam urutan nomer dua, dibawah Superclasico yang mempertemukan Boca Juniors dan River Plate diurutan satu. Dikuti oleh El Clasico (Madrid-Barcelona), North West Derby (Manchester United – Liverpool), Derby Della Capitale (Roma – Lazio), Derby Della Madonnina (Inter Milan- AC Milan), Eternal Enemies(Olympiakos Piraeus – Panathinaikos), The Fla Flu ( Flamengo – Fluminese), Old Firm Derby ( Celtic – Rangers), dan yang terakhir Belgrade Derby (Partizan – Red Star). Meski kali ini Galatasaray “hanya” berhadapan dengan Besiktas, namun, sejarah membuktikan pertandingan ini berjalan tidak kalah kerasnya dengan partai yang mempertemukan Galatasaray dan Fenerbahce.
Galatasaray yang tengah pekan kemarin dipermalukan oleh tim raksasa Spanyol, Real Madrid dengan skor 1-6, berkeinginan untuk menjadikan pertandingan melawan salah satu rival terbesar mereka setelah Fenerbahce, Besiktas, sebagai partai pembangkit moral para pemain 6alatasaray.
Fatih Terim yang hampir satu bulan ini ditunjuk untuk merangkap sebagai pelatih tim nasional Turki, disebut-sebut kehilangan fokus terhadap klub yang ia latih, Galatasaray. Terpecahnya konsentrasi Terim dianggap para pendukung Galatasaray membuat performa tim mereka berkurang. Namun, bukan Fatih Terim namanya kalau tidak membuat sepak bola menjadi menarik baik untuk timnas Turki maupun klub yang ia tangani. Pria berumur 60 tahun ini, pernah membuat timnas Turki melakukan drama di Piala Eropa 2008 ketika melawan Ceko dan juga Kroasia. Musim lalu pun, Galatasaray diajak bermain drama kala bertemu Schalke 04. Fatih Terim menjadikan sarikirmizi salah satu tim yang ditakuti di Eropa.
Pada awalnya, derby Istanbul dimulai ini akan dihelat di Recep Tayyip Erdogan Stadium, markas Kasimpasaspor. Hal ini dikarenakan Inonu Stadium, kandang Besiktas, sedang dihancurkan dan dalam tahap pembangunan stadion baru, yang direncanakan akan selesai dalam waktu hanya 1 tahun. Pihak Kasimpaspor memberikan syarat-syarat yang perlu disetujui dari pihak Besiktas jika ingin menjadikan stadion, yang namanya diambil dari nama perdana menteri Turki sekarang, tersebut  menjadi kandang mereka.
Salah satu syarat yang ditolak oleh pihak Besiktas adalah syarat yang berkaitan dengan keamanan stadion. Carsi, sebutan bagi para pendukung Besiktas yang terkenal keras dan anarkis, khususnya pada pertandingan derby, harus memenuhi syarat untuk tidak mencorat-coret ataupun berbuat anarkis pada pertandingan derby nanti jika ingin diizinkan untuk bermain di Reccep Tayyip Erdogan Stadium. Pihak manajemen Besiktas tampaknya sudah sangat mengenal “anak-anak” mereka, sehingga mereka memutuskan untuk tidak menyanggupi syarat yang Kasimpasaspor ajukan. Ini artinya apa? Selain pihak Besiktas yang menyadari bahwa sulit sekali mengontrol para carsi ini, para carsi pun (sudah) memiliki niat terselubung jika sesuatu yang mereka harapkan tidak terpenuhi pada derby nanti.
Sebelum melakoni derby ini, Besiktas dan Galatasaray sama-sama sudah menjalani 4 pertandingan. Galatasaray hanya mampu menang 1 pertandingan dan mengalami 3 hasil imbang yang membuat mereka duduk diposisi ke-9 klasemen sementara. Sedangkan Besiktas berhasil menyapu bersih 4 laga awal musim mereka dengan baik. Jadi bisa dikatakan pertandingan ini terjadi antara elang (Besiktas) yang buas melawan singa (Galatasaray) yang terluka.
Lamanya masa tinggal saya di negeri dua benua ini, membuat saya sudah banyak menyaksikan derbyIstanbul. Kadang pertandingan ini berjalan menarik secara permainan, namun kadang juga mengalami, apa yang mungkin Vicky akan katakan sebagai, kudeta ekspektasi. Pun tidak menarik secara permainan, pertandingan ini enak untuk disantap kerena adanya beberapa rasa, rasa dendam, sentimentil dan juga arogansi para pemain dan terutama pendukung fanatik masing – masing klub.
Saya menikmati permainan yang disajikan oleh kedua tim tadi malam. Besiktas bermain lebih baik di babak pertama, sementara Galatasaray lebih mendominasi di babak kedua.  Permainan cepat kedua tim, membuat penyematan kata derby pada pertandingan ini dalam hal permainan adalah hal yang dibenarkan. 
Bagaimana dengan atmosfer derby itu sendiri? Derby yang selalu identik dengan kata keras menjadikan atmosfer derby sebagai hal yang menarik untuk ditunggu. Besiktas yang unggul lebih dulu di babak pertama lewat gol Hugo Almeida, harus kembali tertinggal di babak kedua oleh dua gol Didier Drogba. Sayangnya selama 90 menit pertadingan berlangsung, baik Besiktas maupun Galatasaray tidak memperlihatkan permainan yang menjurus kasar. Ekpektasi derby yang keras pun tampaknya harus terkudeta. Namun semua itu berubah….
Pada perpanjangan waktu, sebuah insiden terjadi, dimana Felipe Melo melakukan tackling dua kaki dari belakang terhadap pemain Besiktas. Pemain Besiktas tersebut kembali berdiri seolah ingin memukul Felipe Melo, namun seluruh pemain mencoba melerai pemain tersebut. Wasit yang melihat kejadian tersebut langsung memberikan kartu merah kepada Melo, namun Melo terus berusaha melampiaskan kekecewaanya terhadap pemain Besiktas tersebut.
Drobga mencoba menenangkan Melo untuk cepat keluar dari dalam lapangan. Sorakan dan ejekan daricarsi, pendukung Besiktas, makin mejadi-jadi setelah Melo membuka jersey Galatasaray-nya dan mengangkatnya tinggi-tinggi sebelum memasuki lorong stadion. Aksi tersebut semakin menambah panas pendukung Besiktas, yang mulai melemparkan botol minuman ke arah Melo.
Stadion pun memanas. Panitia pelaksana hanya mengerahkan keamanan biasa, bukan dari polisi anti huru-hara. Para penjaga keamanan ini malah lari ketakutan ketika para pendukung Besiktas masuk ke dalam lapangan pertandingan. Carsi menguasai Ataturk Olympic Stadium cukup lama. Dan pada akhirnya, polisi anti huru-hara yang tadinya dipersiapkan di luar lapangan masuk untuk mengendalikan situasi. Firat Aydinus, pengadil dalam pertandingan itu, mengambil keputusan untuk menghentikan pertandingan.
Yeah that’s the real derby! Kamu tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi baik dalam hitungan jam, menit atau pun detik. Well, let's say it frankly, derby is a manly word for drama.

You Might Also Like

0 comments