Tamparan Kasih Sayang Drogba Untuk Arsenal

August 05, 2013


Di podcast sebelumnya, saya sempat membahas Liga Turki dan sedikit membahas bagaimana performa Didier Drogba di klub asal Istanbul, Galatasaray. Setelah membela Chelsea selama 8 musim, Drogba sempat mencoba perutungan di Negeri Bambu, China. Namun hanya bertahan setengah musim, Drogba lebih memilih Galatasaray sebagai pelabuhan berikutnya.
Selain faktor finansial yang dihadapi Shanghai Shenhua, ternyata passion Drogba yang masih menggelora untuk bermain di level tertinggi sepak bola yaitu Liga Champions, membuat dirinya bergabung dengan tim besutan Fatih Terim tersebut. Walau tidak segemilang dulu, Drogba mampu memberikan influence yang nyata untuk rekan-rekanya di Galatasaray. Galatasaray kembali merebut tahta Liga Turki dan berhasil menjadi salah satu klub dari 8 klub terbaik Eropa musim lalu.
Pada turnamen Emirates Cup tadi malam, Arsenal adalah salah satu klub yang juga merasakan pengaruh Drogba untuk Galatasaray. Mungkin Arsene Wenger adalah orang yang sempat bernafas lega, setelah mendengar berita hengkangnya Drogba dari Liga Inggris. Bukan tanpa alasan, Drogba adalah sosok yang paling menakutkan untuk Arsenal. Selama berseragam Chelsea, Drogba berhasil mencetak 157 gol dari 341 pertandingan. Dan Arsenal adalah tim yang paling sering ia bobol, dengan torehan 13 gol.
Statistik inilah yang membuat para gooners selalu benci dan sentimen terhadap kehadiran Drogba dan hal tersebut masih terjadi hingga tadi malam. Aksi booing yang dilakukan supporter Arsenal setiap Drogba memegang bola, adalah salah satu indikator rasa ketakutan yang masih mereka miliki terhadap Drogba. Dan memang benar, sepasang gol yang ia lesakkan, berhasil membuat Arsenal kembali ke bulan Ramadhan.
Perayaan gol dan kemenangan yang dilakukan Drogba, makin membuat para gooners semakin gerah dengan keberadaan Drogba di Emirates Stadium tadi malam. Come back-nya Drogba adalah mimpi buruk bagi mereka. Wenger pun dulu sempat mengomentari Drogba ketika meninggalkan Chelsea musim lalu,  "I don’t know how much Chelsea miss him, but we don't miss him! He did a lot of damage against us in every game." Ya, 13 gol dari 14 pertemuan melawan Arsenal adalah penyebab Wenger mengeluarkan kata-kata tersebut.
Berbanding terbalik dengan para pendukung Arsenal, bagi saya, “kehadiran” Drogba adalah berkah untuk Arsenal. Dan menjadikan Drogba the most caring player untuk Arsenal. Bagaimana tidak, Drogba adalah orang yang membuat Wenger terus berpikir dan terus berevaluasi dengan aksi yang telah diperbuatnya.
Walau banyak media yang mengatakan adanya peningkatkan permainan Arsenal, khususnya pada babak pertama, banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh klub asal London tersebut. Hanya mendatangkan Yaya Sanogo, membuat Wenger seakan lupa bahwa kendala utama Arsenal adalah pada sektor pertahanan.
Sempat unggul 1-0 lewat gol (hoki) Theo Walcott, Arsenal memang terlihat aktraktif dengan lini tengah yang diisi oleh double-pivot Arteta dan Ramsey, serta trio Oxlade-Chamberlain, Cazorla dan Walcott. Perubahaan posisi yang menempatkan Cazorla lebih melebar ke sayap kiri, dan juga mejadikan Chamberlain sebagai attacking midfielder, berhasil menyokong daun muda Arsenal, Yaya Sanogo.
Dibandingkan permainan Arsenal saat melawan Napoli memang permainan Arsenal lebih baik. Namun seperti yang saya tulis sebelumnya, pertahanan adalah masalah utama Arsenal pada pra-musim kali ini, atau lebih tepatnya adalah masalah yang sudah ada pada musim lalu. Selama 6 pertandingan pra-musim, hanya “Indonesia Dream Team” lah yang berhasil tidak membobol gawang Arsenal. Selebihnya Arsenal berhasil dibobol oleh tim sekelas, Vietnam (1 gol), Nagoya Grampus (1 gol), Urawa Reds Diamonds (1 gol), Napoli (2 gol) dan yang terakhir Galatasaray (2 gol).
Jenkison, Sagna, Mertesacker dan Gibbs yang diturunkan Wenger ketika melawan Galatasaray, kurang menampilkan permainan yang solid dan kerap melakuakan salah passing. Sagna yang diplot menemani Mertesacker sebagai central defender, tidak dapat menutupi pergerakan lambat Mertesacker. Dan bahkan Sagna ikut-ikutan menjadi lambat dalam menutup gerakan lawan. Sebagai full-back, Jenkison pun tidak menampilkan apa yang semestinya seorang full-back tampilkan, overlapping.
Proses terjadinya gol kedua Drogba, bisa menjadi evaluasi khusus bagi pasukan meriam London tersebut. Gol cantik pemain 35 tahun ini, diawali dengan penetrasi Wesley Sneijder yang gagal ditutup lini kedua Arsenal. Sneijder dengan cerdik melepasakan umpan terukur yang berhasil dikontrol dengan baik oleh pemain Pantai Gading, Drogba, yang berhasil lolos dari kawalan Mertesacker.
Dengan demikian. Lagi-lagi Drogba memberi tamparan kasih sayang untuk Arsenal agar bisa memperbaiki performa mereka, khususnya lini belakang. Dan mungkin, Drogba juga menampar halus Wenger agar tidak pelit-pelit dan segera bangun dari tidurnya untuk memboyong pemain-pemain yang bisa menambah daya saing Arsenal musim ini.
Yep, mengutip kicauan teman, “The clock is ticking, Monsieur Wenger.”

You Might Also Like

0 comments