Pekan Lambert Dan Rooney, Bagai Surga Dan Neraka

August 19, 2013


Sebelum bergulirnya Liga Inggris akhir pekan lalu, agenda FIFA yang menghadirkan partai uji coba antar negara membuat beberapa pemain melakukan debutan. Dan Rickie Lambert, pemain depan andalan Southampton untuk empat musim terakhir, adalah salah satunya.
Musim lalu, Southampton adalah salah satu tim yang menarik perhatian saya. Gaya permainan  cepat yang dipadukan dengan kombinasi operan yang bervariasi, membuat Saints masih bisa bernapas di hutan rimba Premiere League yang begitu keras. Dan Lambert adalah salah satu sosok yang berperan besar atas kebangkitan Southampton, yang sebelumnya sempat lama berkecimpung di kasta rendah Liga Inggris semacam League One dan Championship.
Sembilan puluh empat gol yang ia cetak bersama Southampton mambuat dirinya masuk dalam daftar 10 besar pencetak gol terbanyak dalam sejarah Southampton, bersama legenda lain Southampton, Mick Channon dan Matthew Le Tissier. Melihat hal ini, pelatih tim nasional Inggris, Roy Hodgson, memanggilnya dalam pertandingan persahabatan melawan Skotlandia tengah pekan kemarin.
Melakukan debut internasional di usia yang tidak muda lagi, yaitu 31 tahun, membuat pandangan skeptis terhadap permainan Rickie Lambert tak terhindari. Namun, ketika Lambert masuk menggantikan Rooney saat pertandingan menghadapi Skotlandia, ia berhasil membuat seisi stadion Wembley bersorak. Golnya pada menit-menit terakhir, membuat Inggris berhasil memenangi pertandingan dengan skor 3-2.
Inggris selalu menjadi overrated international team karena kelakuan medianya yang kerap menilai pemain-pemainnya terlalu tinggi, khususnya pemain muda mereka. Dari zaman David Platt, Robbie Fowler, Michael Owen, hingga kini Wayne Rooney, Theo Walcott dan Oxlade-Chamberlain, Inggris selalu menaruh penuh harapan kepada pemain debutan muda ketika berkompetisi, baik di Piala Eropa ataupun Piala Dunia. Tekanan tinggi terhadap pemain muda ini menghambat perkembangan permainan mereka.
Ekspektasi-ekspektasi berlebihan inilah yang tidak dirasakan Lambert. Hal ini bisa berdampak baik pada perkembangan permainannya, dan bisa saja menjadi salah satu faktor perubahan variasi permainan dan juga mental bertanding tim nasional Inggris. Lambert pun menutup perfect week-nya,dengan mencetak gol kemenangan Southampton atas West Bromwich Albion, yang juga dicetak pada menit akhir pertandingan.
Berbeda dengan Lambert, Wayne Rooney justru mengalami pekan yang kelam. Transfer saga yang tak kunjung usai, tak lupa pula dibumbui berbagai judul sinetron, seperti “Rayuan Mou” atau “Cintaku terhalang Moyes”, membuat Wayne semakin frustasi berada di Old Trafford.
Pemanggilan ke tim nasional Inggris memang membuat Rooney sumringah, sama halnya dengan Lambert. Bagaimana tidak, ia telah absen dalam beberapa laga pra-musim Manchester United, dengan alasan cidera “hamstring” dan “bahu” yang membuat Moyes harus “menepikan”  Wazza.
Pemanggilan ini yang sangat disyukuri Rooney. Walau “ditepikan” Manchester United, ia tetap diberi kesempatan untuk membela the three lions. Namun sial bagi Rooney, ketika bermain sekitar satu jam bersama Inggris juga menghadapi Skotlandia, ia gagal menampilkan permainan terbaiknya dan juga tak mampu mencetak gol.
Efek domino yang akan ia terima jika gagal bermain secara regular pada musim ini bersama Manchester United adalah semakin menipisnya peluang untuk bermain regular bersama timnas Inggris. Piala Dunia 2014 Brazil yang menjadi impian dan tujuan setiap pemain sepak bola yang akan bergulir hanya dalam hitungan bulan, membuat banyak pemain harus rela menerima pemotongan gaji, atau bahkan bermain di level klub yang rendah, demi bermain regular pada musim kompetisi 2013/2014 ini.
Oleh karena itu, kegagalan bersaing dari Robin Van Persie, Danny Welbeck dan juga Chicharito, akan semakin membuat Rooney harus berpikir berulang kali, apakah harus bertahan di Old Trafford atau hengkang. Mustahil memang jika Rooney sampai tidak dipanggil kedalam squad tim nasional Inggris, namun jumlah menit bermain Rooney yang tak sebanyak biasanya akan membuat performa Rooney semakin menurun.
Dua assists yang dihasilkan Rooney pada laga Manchester United kontra Swansea City memang menunjukan kualitas dan pergerakan Rooney dilapangan. Namun, hanya bermain selama 30 menit terbilang kurang bagi pemain yang memilki ambisi yang tinggi. Itulah yang menyebabkan Rooney enggan melakuakan selebrasi bersama rekan setimnya.
Jika trend ini tetap berlangsung, yakni semakin matangnya Lambert bersama Southampton dan masih menggantungnya status Rooney bersama Manchester United, bukan mustahil kelak Roy Hodgson akan lebih memilih Lambert ketimbang Rooney di lini depan Inggris. Jika sampai itu terjadi, sama halnya dengan ia rasakan pada pekan ini, itu adalah surga bagi Lambert dan neraka bagi Rooney. 

You Might Also Like

0 comments