Laporan Dari Istanbul: Final (Tidak) Ideal
July 14, 2013
Perjalanan Uruguay menuju final bisa dikatakan tak mudah. Sebelum lolos ke final, Uruguay mengalahkanthe overrated team, Spanyol, di babak perempat final, La Celeste juga mengalahkan spirit of football-nya Irak di babak semi-final. Selama perjalanannya menuju final, Uruguay adalah tim yang paling sedikit kemasukan, dengan hanya 3 gol.
Berbanding terbalik dengan Uruguay, Perancis melaju ke final dengan kepercayaan diri tinggi, khususnya lini depan mereka yang telah menjebol gawang lawan sebanyak 15 gol sepanjang turnamen, membuat Perancis menjadi tim dengan jumlah gol terbanyak. Dengan demikian pertandingan yang menyuguhkan pertahanan terbaik melawan penyerangan terbaik, hadir pada partai puncak Piala Dunia U-20 kemarin.
Dan ini yang mungkin membuat orang-orang mengatakan pertandingan Perancis melawan Uruguay adalah final ideal, namun tidak bagi saya. Andai saja di kursi stadion saya disediakan bantal, guling dan selimut, mungkin saya benar-benar tertidur saat pertandingan final Piala Dunia U-20, seperti seorang anak yang duduk di depan saya. Ya, pertandingan tadi malam sangat membosankan.
Tak berbeda jauh dengan penonton yang menyaksikan pertandingan di televisi, penonton yang menyaksikan langsung dari stadion pun ingin menyaksikan sebuah pertandingan yang menghasikan gol. Hasil imbang dengan skor kaca mata hingga akhir babak perpanjangan waktu dan harus dilanjutkan dengan adu penalti, adalah nightmare bagi penonton di stadion. Rugi secara materi, dan juga rugi waktu, apalagi jika pertandingannya semembosankan pertandingan tadi malam.
Hasil skor imbang tanpa gol ini, mengukuhkan bahwa Uruguay lah yang terbaik kerena bisa meredam produktivitas gol tim ayam jantan. Penumpukan pemain di lini kedua Uruguay, dapat mematikan kreasidouble pivot Perancis, Pogba dan Kondogbia. Skema 4-2-3-1 yang menghadirkan Veretout dibelakang Sanogo, dan duo flank Thauvin dan Bahebeck juga bisa dipatahkan dengan rapi oleh Uruguay. Akhirnya Perancis pun kebingungan, begitu juga saya. Bingung kapan gol akan datang.
Meskipun Uruguay berhasil menahan Perancis di berbagai sisi, namun tak membuat permainan Uruguay bisa dikatakan sempurna. Permainan Uruguay tidak diimbangi hasrat mencetak gol yang tinggi, membuat mata saya makin meredup diiringi semilir angin sepoi-sepoi stadion. Seperti pertandingan – pertandingan sebelumnya, Uruguay ingin mengandalkan postur tinggi striker mereka Felipe Avenatti, namun sayangnya berulang kali serangannya dipatahkan oleh Sarr, pemain Prancis yang berpostur tak kalah tinggi. Uruguay juga jarang terlibat serangan dari sisi sayap, hanya bola mati saja yang mejadi alternatif serangan mereka. Uruguay kebingungan membangun serangan, saya pun kembali kebingungan.
Yang terpenting bagi penonton sepak bola sejatinya adalah gol. Kebingungan permainan kedua tim, dan kebingungan saya, dikuti juga oleh kebingungan penonton seisi stadion. Pendukung kedua kesebelasan seakan bingung ingin mendukung timnya atau lawannya. Karena bagi mereka, kedatangan mereka ke stadion setelah menempuh jarak yang jauh, dan merogoh kocek mereka dalam-dalam, tak akan sebanding rasanya tanpa melihat gol. Saya yakin mereka pun bersorak dalam hati, ketika tim lawan mereka berusaha mencetak gol.
Sebelumnya saya sempat sumringah dengan berjubelnya pendukung Uruguay yang meramaikan partai puncak ini. Mereka datang lengkap dengan balon – balon, pom – pom, cat muka, dan berbagai spanduk membuat saya mengharapkan atraksi dan aksi-aksi unik, dan mungkin yel-yel lantang seperti yang pendukung Ghana lakukan sebelumnya. Namun tampaknya pertandingan final ini terlalu membosankan, sampai mereka hanya terdiam selama pertandingan berlangsung, dan malah bersorak di setiap jeda babak.
Sedangkan pendukung Perancis, semakin lenyap suaranya karena dukungan dari penonton lokal yang lebih memilih mendukung Uruguay. Perang Silisia bisa jadi adalah peyebab pendukung Turki lebih memilih mendukung Uruguay ketimbang Perancis. Atau mungkin alasannya jauh lebih simple dari itu, penonton lokal lebih suka pendukung nyentrik.
Permainan standar kedua tim, tidak adanya gol yang tercipta hingga akhir perpanjangan waktu, dan minimnya aksi supporter kedua tim, membuat partai final Piala Dunia ini menjadi partai yang “gak banget” untuk saya. Mungkin kedua tim dapat berkilah dengan jadwal padat turnamen tersebut yang benar-benar menguras stamina mereka. Tapi bagaimanapun itu, kita adalah penoton yang sejatinya ingin di hibur. Apapun jenisnya.
Saya beruntung saya datang awal ke stadion hari itu, karena itu adalah penyelamat hari saya. Menyaksikan pertandingan perebutan tempat ketiga antara Ghana dan Irak, bisa dikatakan menetralisir hari saya yang ternodai partai final yang menjemukan. Puluh ribuan pendukung Irak dan ratusan pendukung Ghana, menampilkan atraksi-atraksi dan yel-yel yang selalu bergemuruh sepanjang pertandingan. Dan yang paling terpenting, terciptanya tiga gol cantik pada pertandingan tersebut.
0 comments