Kembalinya Liga Italia Serie A

July 29, 2013


Dalam beberapa tahun terakhir saya hampir melupakan keberadaan Liga Italia. Hanya sesekali saja saya menyempatkan diri menyaksikan pertandingan big match seperti derby della capitale antara Lazio dan Roma atau derby della madonnina antara Inter Milan dan A.C Milan. Mungkin anda juga adalah orang – orang yang sempat merasakan hilangnya daya magis dan aura kompetitif Liga Serie A.
Di tahun 90-an hingga memasuki awal milenium ini, Liga Italia bisa dikatakan adalah kiblat sepak bola Eropa. Kehadiran Wulan Guritno pun menyihir kita dengan highlight – highlight Liga Italia setiap minggunya.
Hampir setiap stadion dipenuhi para suporter, baik tim kecil seperti Venezia atau Perugia, hingga ke Milan ataupun Roma. Atmosfer Serie A pun merebak hingga Indonesia. Sebagai generasi 90-an, kita pasti sempat menirukan cara menendang yang khas ala Giuseppe Signori, atau bahkan menirukan tendangan geledek Sinisa Mihajlovic.
Ya, semarak itu lah yang ditularkan Liga Italia hingga memasuki tahun 2005. Namun kasus calciopoli yang terjadi pada tahun 2006, mengakibatkan beberapa tim seperti Juventus, Milan, Fiorentina, Lazio dan juga Reggina dijatuhi hukuman yang berbeda – beda sesuai berat pelanggarannya atas match-fixing pada musim tersebut. Diantara tim – tim tersebut, Juventus lah yang menjadi tim yang mengalami sial sesial-sialnya karena harus turun ke Serie C1 Liga Italia.
Kejadian calciopoli tersebut berimbas pada turunnya popularitas Liga Italia dari tahun ke tahun. Hijrahnya bintang-bintang Serie A seperti Zlatan Ibrahimovic, Ronaldo, Shevchenko, mengisyaratkan masa depan yang suram untuk Liga Italia. Kepercayaan publik juga kian menurun karena kasus match-fixingsebelumnya. Tak cukup sampai disitu, nilai jual Serie A pun semakin menurun karena terjadinya krisis ekonomi global pada saat itu.
Untungnya, krisis pamor yang diidap Liga Italia ini tidak berlangsung lama. Memasuki tahun 2010, saya mulai kembali sedikit demi sedikit menyaksikan pertandingan dan bahkan meyempatkan diri melihat reviewSerie A. Kehadiran tim – tim kejutan seperti Udinese, Napoli dan kembalinya performa Lazio hingga Inter Milan, menambah daya tarik Liga Italia yang biasa didominasi Juventus dan A.C Milan pada tahun itu.Tridente Napoli, Lavezzi, Hamsik dan Edison Cavani mampu membawa Napoli bersaing ketat dengan A.C Milan dan juga Juventus. Puncaknya, pada tahun tersebut, Inter Milan yang berhasil meraih treble seakan ingin berteriak dengan lantang bahwa tim Italia belum mati.
Kepergian Alexis Sanchez ke Barcelona, Lavezzi dan Edison Cavani ke Paris Saint Germain, dan juga Stevan Jovetic ke Manchester City, sempat membuat banyak orang menganggap Serie A akan kembali kehilangan level kompetitifnya. Tetapi, berbeda dengan kasus calciopoli yang mengakibatkan jatuhnya harga pemain karena keengganan mereka berurusan dengan mafia – mafia Italia, kali ini Serie A  berhasil menjual para bintangnya dengan harga yang selangit. Dengan ini dapat disimpulkan kembalinya level kompetitif liga tersebut.
Musim kompetisi 2013/2014 berhasil menghadirkan beberapa transaksi yang menjadikan Serie A semakin menawan. Selain dilegonya bintang Serie A seperti Cavani ke PSG dan Jovetic ke Manchester City, Serie A juga menghadirkan bintang – bintang yang siap menambah daya saing Liga Italia diantara Liga Eropa lainnya.
Dana 64 juta Euro yang didapat Napoli atas penjualan Cavani digunakan untuk mendatangkan bintang – bintang lain ke tim tersebut, diantaranya, kiper Santos, Rafael (5 juta) dan kiper Liverpool, Reina (pinjam), Callejon (10 juta), Raul Albiol (12 juta), pemain tengah PSV, Dries Martens (9.5 juta) dan yang teakhir Gonzalo Higuain (37 juta). Dengan squad tersebut, bukan tidak mungkin masa jaya yang dulu pernah dipersembahkan legenda sepak bola Maradonna, kembali terjadi.
Begitu juga dengan Fiorentina, dengan dana penjualan Jovetic la viola berhasil mendatangkan striker berpengalaman dari Bayern Munchen, Mario Gomez (16 juta). Joaquin dan Ambrosini juga akan menjadikan lini tengah Fiorentina kian matang.
Kevin Strootman adalah orang yang juga mengamini bahwa Liga Italia makin matang. Lebih memilih A.S Roma ketimbang Manchester United, Strootman bergabung bersama mantan kiper Napoli, De Sanctis dan bek asal Brazil, Douglas Maicon.
One-horse race yang dilakukan Juventus dalam beberapa tahun terakhir, tidak membuat bianconeri terlena. Jauh sebelumnya mereka sudah mendatangkan Fernando Llorente, bek muda berbakat, Angelo Ogbonna yang dibandrol dengan harga 13 juta Euro dan troublemaker, Carlos Tevez (11.8 juta). Hal ini menambah level kebintangan Serie A pun kembali naik.
Ya. nilai jual Liga Italia kembali naik. Serie A akan semakin kompetitif. Penonton lokal mulai kembali membanjiri stadion. Nama pemain – pemain Serie A kembali terdengar di dunia sepak bola. Tak percaya dengan analisa saya? Percayalah pada insting kematrean Carlos Tevez. Ke liga manapun ia pergi, pasti ada tumpukan emas di sana.

You Might Also Like

0 comments