Kutukan Nenek Moyang!
June 03, 2013
Pasti sudah banyak yang
mengetahui cerita popular dari ranah minang yang menceritakan seorang anak yang
durhaka terhadap ibunya sehingga ia dikutuk menjadi sebuah batu pada akhirnya.
Iya, Malin Kundang namanya. Seorang anak yang tak mengakui bahwa ibu yang
berpakaian lusuh dan kotor tersebut adalah ibu kandungnya.
Kedatangan Belanda ke
Indonesia, menjadi menarik untuk disimak karena kedekatan historis antara kedua
negara. Banyak pemain Belanda yang memiliki darah keturunan Indonesia dari
nenek moyang mereka. Beberapa pemain Belanda, baik yang berdarah Suriname,
Maluku ataupun Jawa, membuat pertandingan tersebut kaya akan sejarah.
Pada tahun 1880 ketika
zaman penjajahan Belanda di Indonesia, banyak penduduk Indonesia yang ditangkap
dan diasingkan ke negara Suriname yang juga menjadi daerah jajahan lain negara
Kincir Angin tersebut. Suriname yang dulunya bernama Guiana Belanda adalah
sebuah negara di benua Amerika yang berbatasan dengan Brazil.
Belanda yang membuka
banyak perkebunan di Suriname, mengalami masalah dikarenakan adanya larangan
perbudakan bagi warga setempat. Dengan demikian, selain menangkap dan mengasingkan
beberapa orang Jawa, Belanda membuat alternatif lain dengan cara memberlakukan
kuli kontrak bagi warga Indonesia lainnya, seperti Tiongkok, Madura, Sunda dan
juga Batak. Ini lah yang menyebabkan pemain-pemain semacam Ruud Gullit, Edgar
Davids dan juga De Jong lahir.
Sejarah lainnya adalah
ketika suku Maluku yang dipercayai untuk menjadi salah satu tentara Belanda
yang diberi nama KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger), ditugaskan
untuk melayani pemerintahan Hindia-Belanda. Dengan demikian. para anggota KNIL
pun “berkembang biak” dan menghasilkan banyak keturunan Belanda yang berdarah
Maluku. Salah satu pemain Belanda yang memiliki darah Maluku adalah Giovanni
Van Bronckhorst.
Kedekatan pemain-pemain
keturunan Suriname, Jawa, Maluku dengan Belanda pun akhirnya berlanjut pada
Piala Dunia 1938. Walau sejatinya nama Indonesia tidak digunakan pada kejuaraan
tersebut, akan tetapi NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie), dipadati pemain-pemain
asal Indonesia. Beberapa pemain Maluku yang mewakili Piala Dunia adalah Hans
Taihuttu, Frederik Hukom dan Tjaak Pattiwael. Selain itu pemain yang berdarah
Jawa seperti, Nawir dan Suvarte Soedermadji juga turut serta. Dan juga ada
pemain keturunan Tionghoa, Tan Djien, Bing Mo Heng, Tan Se Han dan Tan Mo Heng.
Menjamu Belanda di
Stadion Gelora Bung Karno pada Jumat pekan ini, Belanda hanya membawa dua
pemain yang memiliki darah Indonesia, yaitu John Heitinga dan juga Robin Van
Persie. Van Persie diyakini memiliki darah keturunan Jawa dari neneknya.
Kita pasti mengerti
bagaimana nama-nama seperti Ruud Gullit, Edgar Davids, Giovanni Van
Bronckhorst, hingga Van Persie, tidak memilih Indonesia sebagai Tim Nasional
mereka. Jikapun mereka memilih bergabung Indonesia, birokrasi yang berbelit dan
juga manajemen organisasi yang morat-marit, tetap mempengaruhi kemajuan sepak
bola Indonesia.
Untungnya, ada beberapa
pemain keturunan Belanda yang lebih memilih bermain untuk Indonesia. Sebut saja
Irfan Bachdim dan yang teranyar adalah Sergio Van Dijk. Dan tampaknya kata
“untung” tadi, belum tepat jika pemain keturunan tersebut tidak bisa membawa
prestasi yang signifikan untuk Tim Nasional Indoensia.
Ya, apapun itu, Belanda
melawan tim nenek moyang mereka. John Heitinga dan Van Persie yang terlibat
langsung di pertandingan nanti, akan melihat ilusi kakek atau nenek mereka di
Tim Nasional Indonesia.
Menang tipis dan
memberikan gol untuk pasukan Jecksen F. Thiago, adalah sebuah penghormatan dari
pemain keturunan atas leluhur mereka. Namun, jika Belanda memainkan Total
Football yang meyebabkan Indonesia kalah dengan skor yang sangat telak, jangan
heran jika anda tiba – tiba melihat patung batu berbentuk Robin Van Persie yang
sedang mengangkat trophy Liga Inggris.
0 comments