Thank You Sir Alex

May 13, 2013


Kabar pensiunnya Ferguson dari kursi manajer Manchester United selama ini masih terasa fana, mungkin karena sesungguhnya saya masih berharap kabar itu hanya sebuah trik April Fool versi United untuk merayakan gelar ke-20 mereka. Namun, melihat Fergie melangkah diantara guard of honor bentukan pemain United dan Swansea City dengan tetap menguyah permen karetnya, semua itu menjadi terasa sangat nyata, dan hati saya pun mulai mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan bahwa di musim depan tidak akan ada dia dan ekspresi - ekspresi lucunya di pinggir lapangan saat pertandingan - pertandingan The Red Devils berlangsung. Hari ini juga Fergie memberikan waktu sedikit lebih banyak untuk para fansnya yang menginginkan tanda tangannya. Tua dan muda sama - sama menginginkan kenangan terakhir dari Ferguson.

Pertandingan Manchester United melawan Swansea City kemarin adalah sebuah pertandingan yang tak seharusnya dilewatkan oleh mereka semua yang mengaku pendukung United. Momen – momen emosional terjadi di malam kemarin, diantaranya yang tak akan pernah dilupakan oleh pendukung The Red Devil dan bahkan pemain-pemain United sendiri:

The Guard of Honor

Guard of honor pada pertandingan kali ini berbeda dengan saat menyambangi Emirates Stadium. Guard of honor kali ini dipersembahkan untuk sang bos besar, Sir Alexander Chapman Ferguson. The glorious standing ovation is not only echoing at Old Trafford, but also in every single United fans’ heart. I literally gave an applause for him, standing in front of my television.

It’s Ginger Prince

Paul Scholes is not dead yet. He is one of my role models in football world, especially after knowing that we share the same birth date. Di pertandingan kemarin, dia menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya di lapangan dan di luar lapangan. Sepanjang ia berada di lapangan, terlihat bahwa ia ingin show off. How did I know it? You can clearly saw a smirk on his face after tackling an opponent and aiming for a goal, a very familiar one and will surely be missed. Umpan - umpan panjang dan reckless tackle ala Scholes adalah salah dua yang ia pamerkan. Sejak awal peluit pertandingan berbunyi, saya berharap melihat gol jarak jauh Scholes untuk terakhir kalinya di Old Trafford. Sayang, Tuhan belum mengabulkan doa saya.

United Culture

Bermain dengan komposisi pemain muda dan berpengalaman adalah salah satu budaya yang diterapkan semasa rezim Ferguson. Perpaduan inilah yang kembali terlihat ketika pemain-pemain muda seperti De Gea, Jones, Welbeck, dan Kagawa dipadukan dengan pemain-pemain berpengalaman semisal Ferdinand, Evra, Carrick, dan tentunya the living legends, Giggs dan Scholes. Selain itu, gol yang dicetak Rio Ferdinand di menit 87 seakan mempertegas bahwa inilah budaya dan karakter Manchester United ala Sir Alex Ferguson. Tak hanya itu, ciri khas Manchester United yang acapkali mencetak gol di menit - menit terakhir pertandingan pun turut hadir mengantarkan Ferguson kembali menikmati hari - hari dengan istrinya dan keluarganya. Seperti yang ia bilang, gol penentu kemenangan yang selalu dicetak pada menit-menit terakhir, sudah menjadi ciri khas Manchester United. Dan tentunya gelar ke-20 pun menjadi salah satu bukti tim tradisi Manchester United menjadi tim terbaik di Inggris.

Khutbah Wada

Ferguson's speech last night was a short one yet it shows his class. Dalam pidato yang singkat itu, Ferguson seperti menjelaskan apa – apa saja yang dianggap penting di era-nya. Ia menghargai tak hanya petinggi – petinggi di Manchester United, staf dan sekedar pemain, tetapi ia juga menghargai setiap elemen yang mendukung keberhasilan United sampai saat ini. He was humbly saying that he was the very fortunate one to be able to manage some of the greatest players in the country.

Fergie menunjukkan perhatiannya kepada pemain – pemain yang loyal di United dengan menyebutkan Scholes dan Fletcher dalam pidatonya (oh, how I love Scholes' shy expression when Fergie said his name). Di samping itu ia juga mengingatkan, “You know how good you are, you know the jersey you're wearing, you know what it means to everyone here and don't ever let yourself down. The expectation is always there”.

My favorite part in his speech was when he said, “I'd also like to remind you, that when we had bad times here, the club stood by me, all my staff stood by me, the players stood by me. Your job now is to stand by our new manager. That is important”. How awesome is that?!

RVP’s FIRST Premiere League Trophy

The trophy's heavy! It means the world to me. I couldn't have wished for it to be any better; only in my wildest dreams”. Itu lah yang dirasakan RVP saat memegang trofi Liga Inggris yang selama ini ia idam - idamkan. Dan ia berhasil meraihnya bersama Manchester United. Ya, Manchester United, NOT Arsenal. Akhirnya sekarang ia bisa mengerti, betapa ringannya piala Mickey Mouse atau bahkan piala FA yang selama ini ia raih.

The Real Captain

Those are all of the moments that must have been a fresh memory on every United’s supporter’s book of everlasting. Yet, nothing beats this one. Vidic, kapten Manchester United, adalah orang yang seharusnya mengangkat trofi Liga Inggis ke-20 United tadi malam, namun, bersama Evra, ia memberikan trofi tersebut untuk diangkat oleh Sir Alex Ferguson. The moment SAF lifted the trophy up, my tears (and of course the gooners’) fell down. It concludes my long journey as United’s supporter with him.

You Might Also Like

0 comments