2013, Tahun Perpisahan
May 21, 2013
Tak ada yang lebih pedih dan
menyakitkan dari perpisahan. Berharap yang meninggalkan atau yang ditinggalkan
dapat dijumpai kembali di kemudian hari. Cepat atau lambat. Bukan suatu
kesedihan tanpa ujung nampaknya jika kita bisa dipertemukan kembali nantinya.
Musim 2013 sudah habis. Hingar bingar dan gemuruh stadion yang biasa terdengar
dari televisi, lenyap. Hampa… Kosong…
Tapi kecemasan itu tak seharusnya berlarut-larut. Menginjak tahun ganjil,
perhelatan semacam Piala Dunia atau Piala Eropa memang tak tersaji, yang
menambah derita kehidupan kita. Memang hanya 2 bulan kita dipisahkan. Namun,
romansa diri kita dengan sepakbola yang jauh lebih besar dari pasangan kita
masing-masing, membuat 2 bulan seperti 2 tahun, mungkin abad. Bagaimana jika
benar-benar kita tak lagi diperjumpakan?!
2013 adalah musim perpisahan. Perpisahan anda dengan pasangan anda?! Peduli
setan saya. Ada yang lebih besar dari itu. Perpisahan pemain-pemain dan manajer
dari dunia sepakbola. Setelah berita teranyar runtuhnya Kerajaan Sir Alex
Ferguson dengan Ginger Prince-nya, Paul Scholes, David Beckham pun
menambah daftar gelapnya tahun 2013. Beckham yang dulunya yakin dan percaya
akan melewati caps Ryan Giggs, harus kembali menelan ludahnya sendiri. Dengan
begitu, Class of '92 pun hanya menyisakan Ryan Giggs. Oh yeah, he isn’t
human!
Sebelumnya pun, pemain yang mengingatkan saya akan nama makanan, Jamie
Carragher, mengumumkan pensiunnya di musim ini. Setelah lebih dari 20 tahun
berkarir di dunia sepakbola, hanya Liverpool-lah yang menjadi klub satu-satunya
untuk Carragher. Sudah barang tentu loyalitas Carragher, menambah cinta para
pendukung Liverpool.
Dari berjuta-juta pelatih di dunia, tak ada yang seperti Sir Alex Ferguson.
Begitu juga dengan Scholes, Carragher dan juga Beckham. Tak ada pemain yang
akan sama dengan mereka. Rindu?! Pasti!
Siapa yang tak merindukan Fergie Time?! Siapa yang tak merindukan
omel-omelan sang Opa kepada official?! Siapa yang tak merindukan
ekspresi girang Fergie?! Ya, semua itu tak akan pernah kita lihat lagi.
Bagaimana dengan Scholes?! Hanya orang bodoh yang mengatakan Scholes adalah
pemain jelek. Begitu banyak bukti dan fakta yang mengindikasikan ia lah yang
terbaik lini tengah Manchester United. Akurasi umpan terobosan dan long
passes-nya membuat kreasi lini tengah United semakin lengkap dengan
serangan-serangan sayap khas Manchester United. Begitu juga tendangan jarak
jauh Scholes yang selalu muncul dari second line United yang
menjadi trademark dari Paul Scholes. Dan ya, kita juga tak
akan pernah lagi melihat gol spektakuler tersebut.
David Robert Joseph Bechkam, pemain yang menjadi memori setiap orang dalam
hidupnya. Dari gol tengah lapangan ketika melawan Wimbledon, freekick melawan
Yunani yang menyelamatkan Inggris, rambut model brylcreem hingga
menjadi model celana dalam, membuat Beckham begitu diingat oleh orang banyak.
Sukses membawa treble bersama Manchester United, tak membuat
Beckham mengikuti jejak beberapa personel class of '92 yang pensiun di klub
tersebut. Kasus sepatu melayang dengan Sir Alex Ferguson, menjadi drama
perpisahan Sir Alex dengan Becks.
Namun demikian, klub-klub besar lainnya telah menampung jasa Beckham. Ya, jasa
Beckham yang tak hanya berkontribusi di pertandingan-pertandingan dengan tim
yang dibelanya, namun juga kontribusi secara finansial dapat didapat sebuah
klub hanya dengan menghadirkan pemain ini. Bayangkan saja, ketika membela Real
Madrid, pemasukan Los Blancos naik 300% dari hasil
penjualan merchandise. Tak ada lagi klub yang bisa merasakan
“jasa-jasa” nya. Dan kita pun tak akan bisa melihat freekick melengkung
dan crossing akuratnya lagi. Yang bisa kita nikmati hanya gaya
rambut dan celana-celana dalam yang akan ia akan kenakan kedepannya.
Jamie Carragher juga menjadi pemain sepakbola yang dirindukan. Rindu dengan
perban di kepalanya, rindu akan blundernya, dan rindu akan gol bunuh dirinya.
Buruk kah?! Tidak. Tanpa Carrragher kita tak akan mengetahui sempurnanya
sepakbola.
Satu lagi yang hampir saja saya lupakan, Michael Owen. Owen memutuskan untuk
gantung sepatu di musim ini sudah cukup lama. Tak perlu lagi saya uraikan lagi
betapa naasnya nasib seorang Michael Owen, baca saja teori
Pange tentang dia.
Walau hanya segilintir dari mereka yang lenyap dari jutaan pemain yang ada,
namun perpisahan dengan mereka, menambah kelam musim 2013. Khususnya bagi tim
anda yang tak memilki gelar.
0 comments