Chelsea, Korban Baru Sang Industri Sepak Bola

April 01, 2013


Di era modern ini, tak urung sepak bola menjadi salah satu dari banyak hal yang mengalami perubahan. Dari sebuah artian harfiah, yaitu sebuah olah raga menggunakan bola yang dimainkan oleh 2 tim yang masing - masing beranggotakan 11 pemain untuk memperebutkan kemenangan atau prestasi, menjadi sebuah kata yang dikaitkan erat dengan kata industri. Kita sudah biasa mengenalnya dengan sebutan, industri sepak bola.

Kata industri yang melekat pada sepak bola ini, membuat tujuan permainan sepak bola bergeser, dari sekedar mendapatkan kemenangan, menjadi mesin peraup keuntungan. Banyak fenomena – fenomena yang menandai metamorfosis ini, salah satunya bisa dirasakan hanya dengan melihat keadaan sekeliling kita.

Dulu sepak bola saya mainkan di tanah lapang, dengan gawang yang hanya berbataskan sandal jepit, sehingga sering mengakibatkan perdebatan, apakah bola itu sudah masuk ke dalam gawang, atau belum. Meski seringnya, hukum rimbalah yang menentukan keabsahan gol tersebut.

Bagaimana dengan sekarang?
Sekarang, sudah hal biasa bermain sepak bola di atas rumput sintetis dengan gawang, lengkap dengan mistar dan jalanya, sehingga tak diperlukan lagi perdebatan untuk menentukan keabsahan suatu gol.

Hal ini menggambarkan secara sederhana bagaimana sepak bola sudah mengalami suatu transformasi, ia yang dahulu bersifat bebas kini berubah menjadi kapitalis. Dulu, dengan hanya bermodal sandal jepit dan ekspedisi tanah lapang, kita bisa memainkan olah raga terpopuler di dunia tersebut dengan kaki telanjang. Namun di zaman modern ini, tak lengkap rasanya bermain sepak bola tanpa menyewa lapangan, dan tak lupa berbagai aksesoris lainnya, seperti sepatu bola, baju bola, kaos kaki bola, dan lain – lain.  Walaupun kadang masih bisa kita temukan beberapa orang yang anti-mainstream.

Industri sepak bola tak ubahnya industri – industri pada umumnya, bertujuan menghasilkan sebanyak – banyak laba. Liga Inggris adalah salah satu liga dengan industrialisasi terbesar. Seakan tak mau kehilangan sedikit pun profit-nya, ketika liga – liga Eropa lainnya menjalani masa libur tengah musim, Liga Inggris justru memperkenalkan istilah boxing day. Dengan dalih untuk menghibur warga Inggris di hari istimewanya, FA menggelar pertandingan saat libur Natal dan Tahun Baru. Memang, boxing day adalah sebuah berkah untuk kita sebagai penonton sepak bola yang sepi kompetisi pada saat itu. Namun beberapa pelatih-pelatih EPL, seperti Sir Alex Ferguson, Arsene Wenger, Roberto Mancini dan Rafa Benitez, menentang keras adanya boxing day.

Tanpa boxing day pun sebenarnya jadwal Liga Inggris dan piala FA sudah begitu padat. Para pelatih harus waspada akan cedera yang mungkin didapat pemainnya. Belum lagi ditambah jumlah pertandingan di kompetisi Eropa, seperti Champions League dan Europa League. Kepadatan jadwal ini lah yang akan dinikmati Chelsea dalam kurun waktu 8 hari. Chelsea harus menjalankan 4 pertandingan dalam kurun waktu sesingkat itu di kompetisi yang berbeda – beda.

Rotasi pemain jelas menjadi kunci untuk Chelsea menghadapi jadwal padat ini. Terlihat dari pertandingan yang sudah dijalani pasukan Rafa Benitez ketika bertandang ke St Mary’s Stadium, menghadapi Southampton. Nama-nama seperti Juan Mata, David Luiz, Eden Hazard, Ramires dan Ashley Cole tidak berada di starting XI Chelsea pada pertandingan tersebut. Sayangnya, kekalahan dari The Saints tak dapat terhindari, meskipun Hazard dan Ramires sempat diturunkan di 30 dan 20 menit sebelum pertandingan berakhir, namun The Blues dipaksa menerima skor 2-1 saat peluit akhir pertandingan dibunyikan.

Dengan hasil ini, Chelsea, yang sekarang berada di urutan ke-4, terpaut 22 poin dari pemuncak klasemen sementara Liga Inggris, Manchester United. Sepertinya, sudah tertutup peluang Chelsea untuk menjuarai Liga Inggris. Di kompetisi ini, target Chelsea berubah menjadi sekedar mempertahankan posisi di big fourLiga Inggris. Chelsea semakin tertekan karena Arsenal, yang berada persis dibawahnya, hanya berjarak 2 poin saja.

Konsentrasi Chelsea pun terpecah dengan bertahannya mereka di dua ajang lain, piala FA dan  Europa League. Tak ingin menyelesaikan musim dengan tangan hampa, Chelsea yang akan menghadapi Manchester United di Stamford Bridge dalam laga replay ajang piala FA, mengubah hukum laga pertandingan tersebut menjadi wajib menang. Keberhasilan Eden Hazard, dkk. menahan imbang United di Old Trafford pada pertemuan sebelumnya, mengindikasikan betapa hasrat mereka untuk memenangi kompetisi tertua di dunia ini sangat tinggi.

Walau bermain di depan publik sendiri, jelas tak mudah untuk Chelsea mengalahkan United yang sedang dalam motivasi tinggi. Selain makin dekatnya United dengan tangga juara Liga Inggris, Van Persie, dkk. berniat mengawinkan piala Liga Inggris dengan piala FA. Menghadapi Sunderland pekan kemarin, United juga melakukan rotasi pemain, agar tetap bugar saat menghadapi Chelsea Senin ini. Tidak terlibatnya Wayne Rooney, Rio Ferdinand, Patrice Evra, Danny Welbeck dan juga Javier “Chicharito” Hernandez pada pertandingan kemarin, adalah isyarat bahwa mereka serius menghadapi laga Senin ini. Ditambah hasrat Rio Ferdinand yang belum pernah sama sekali mencium piala FA selama karirnya.

Setelah menghadapi United, Chelsea harus menjamu Rubin Kazan di ajang Europa League dua hari kemudian. Sama halnya dengan pasukan The Red Devils, Chelsea pun menginginkan gelar double di musim ini. Lagi-lagi Rafa Benitez dipaksa memutar otak untuk merotasi pemain – pemainnya. Tenaga para pemain yang terkuras habis-habisan ketika melawan United di laga hidup-mati tersebut, membuat Chelsea berada di pihak yang merugi ketika mengadapai Rubin Kazan. Untungnya pertandingan ini di gelar di kota London, markas mereka, sehingga mereka tak harus menempuh perjalanan dan melawan cuaca ekstrim yang kemungkinan berkisar 1 derajat di Rusia saat ini.

Pertandingan terakhir Chelsea di pekan padat ini adalah melawan Sunderland di ajang Liga Inggris. Sunderland yang baru saja memecat Matin O’Neill dari kursi kepelatihan, akan bermain maksimal agar bisa bertahan di kasta liga tertinggi di Inggris ini. Chelsea yang tak ingin terpental dari posisi 4 besar, lagi-lagi harus menguras tenaga mereka agar tak tersalip oleh The Gunners.

Namun demikian, Ivanovic melihat periode sulit ini sebagai sebuah tantangan tersendiri untuk Chelsea. Tak ada perbedaan prioritas dari setiap pertandingan-pertandingan yang dijalani Chelsea  dipekan padat ini. Demikian pula dengan Oscar, ia melihat bahwa klub sebesar Chelsea memang diwajibkan menghadapi ujian-ujian berat seperti yang dialami sekarang.

Ya, inilah salah satu contoh dampak integritas klub-klub sepak bola terhadap perkembangan industri zaman modern. Pemain-pemain sepak bola bagaikan pekerja romusha, yang mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang tehadap Indonesia. Pemain di paksa bekerja untuk memenuhi produksi dan menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Chelsea adalah salah satu korban dari kejamnya industri sepak bola di pekan ini. Entah ada berapa banyak yang sudah dan akan mengalami hal yang sama seperti Chelsea.

You Might Also Like

0 comments