PHP Kompany

March 18, 2013


Kekalahan Manchester City atas Everton akhir pekan lalu membuat harapan untuk membertahankan gelar Premiership  semakin menipis. Dihari yang sama rival sekota mereka, Manchester United, berhasil memanfaakan ketergelinciran City dengan mengalahkan Reading 1-0. Jarak pun semakin melebar menjadi 15 poin! Tak lazim memang tim seperti City, yang memiliki depth squad dan permainan yang aggressive,mengangkat bendera putih untuk title race kali ini.

Banyak orang melakukan hipotesis atas penurunan performa Manchester City musim ini. Dari perubahan skema permainan yang diterapkan Mancini yang kadang memainkan 3-4-3, absennya Yaya Toure di beberapa pertandingan, karena memperkuat Pantai Gading di Piala Afrika, menurunnya performa Joe Hart, sampai penjualan Balotelli ke AC Milan (dude,come on!). Namun, ada yang lebih fundamental dari beberapa alasan tersebut, yaitu absennya kapten mereka, Vincent Kompany.

Di musim lalu, saudara sekandung-tetapi-berbeda-garis-kesuksesan Manchester City, Manchester United, harus kehilangan skipper mereka, Nemanja Vidic, untuk waktu yang cukup lama. Bongkar pasang dijantung pertahanan United membuat mereka beberapa kali terpeleset dan akhirnya gagal dalam perebutan gelar.

Inilah yang sekarang di alami juga oleh Manchester City. Entah karena ingin merasakan senasib dan sepenanggungan dengan saudara mereka pada musim lalu, di musim ini City juga kehilangan Kompany yang posisi dan tugasnya sama seperti Vidic.

Sebegitu krusialnya kah Kompany untuk City?
Dibeli dari Hamburg dengan mahar 9 juta Pound pada 2008 di saat ia berumur 22 tahun, menunjukan potensi yang di miliki Kompany. Hanya butuh waktu 4 tahun sampai Kompany berhasil mengantarkan trophy Liga Inggris untuk ketiga kalinya kepada the Citizens. Kontribusi Kompany untuk Manchester City ditunjukkan dengan total bermain 31 kali dan torehan 3 gol di musim lalu.

Ia memilki postur ideal untuk seorang centre back, dengan tinggi 1.91 meter yang memudahkannya untuk memotong serangan lawan dari bola-bola udara. Bermain taktis dan lugas di depan gawang Joe Hart, ia memberikan rasa aman untuk pendukung City dalam urusan bertahan.

Menurut EPL Index, musim lalu kontribusi Kompany untuk Manchester City pun terbilang signifikan. Selain torehan 3 gol, Kompany berhasil melakukan intercept sebanyak 78 kali dan tackle sebanyak 65 kali. Ditambah total blocks sebanyak 22 kali dan total clearances sebanyak 48 kali. Ini yang membuat gawang City tetap “perawan” sebanyak 15 pertandingan musim lalu.

Bagaimana dengan musim ini?
Dengan 26 kali kebobolan sejauh ini, menunjukan lini pertahan City tak sekokoh musim lalu. Pada bulan yang sama dan jumlah pertandingan yang sama, City hanya kebobolan 20 gol dan hanya 9 gol yang berhasil masuk setelah itu.

Dimusim ini pun sebenarnya penampilan Kompany gemilang. Sayang cedera betis yang di derita Kompany membuatnya harus menepi selama kurang lebih dua bulan. Penampilan terakhir Kompany pada bulan Januari, yaitu ketika berhadapan dengan Stock City di ajang FA Cup. Pemain bernomor punggung 4 ini diprediksi akan melakukan come back pada akhir bulan ini. Namun, gagalnya Manchester City menempel Manchester United dalam perburuan gelar, membuat come back-nya seakan sia-sia.

Bermain sebanyak 20 kali untuk the Citizen pada musim ini, sesungguhnya ia sempat  memberikan harapan untuk publik Etihad di awal musim. 8 kali clean sheets di dapat City ketika Kompany mengisi pos bek tengah. Bersama Nasistic yang memulai musim barunya bersama City, Kompany terlihat mampu membimbing bek muda asal Serbia tersebut dan menjadikan penampilan Nasistic semakin matang dari hari ke hari. Namun faktor cedera lah yang akhirnya membuat ia menjadi seorang Pemberi Harapan Palsu (PHP) bagi para pendukung Manchester City.

Jolean Lescott, Kolo Toure, dan bahkan Javi Garcia, bergantian menjadi kelinci percobaan pelatih asal Itali, Roberto Mancini, untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Kompany dan mendampingi Nasistic. Banyaknya appearance yang di miliki Lescott dari Kolo Toure di musim ini, menjadikannya pilihan lain Mancini ketimbang Kolo Toure. Lescott terhitung telah tampil sebanyak 18 kali, jumlah penampilan yang sama dengan Nasistic.

Dari statisik performa pun menunjukan Kompany adalah center back terbaik yang dimiliki City. Ia melakukan lebih banyak clearances dengan total 27 kali dibandingkan Lescott (20), Nasistic (20), dan Kolo Toure (16). Di bandingkan bek tengah yang ada di EPL pun, Kompany berhasil memenangkan tacklessebanyak 81%, lebih banyak dibandingan bek-bek tangguh lainnya seperti  Vertonghen (80%), Evans (72%), Mertesacker (70%), Vidic (65%) dan Agger (61%).

Melihat statistik yang sudah kita bahas, sebenarnya  Lescott memilki kemampuan untuk meng-coverpertahanan City yang di tinggalkan Kompany. Dengan 7 kali clean sheets dan 20 kali clearances adalah bukti Lescott kepada manager, Roberto Mancini. Namun gol demi gol tetap saja bersarang ke gawang Joe Hart dkk.

Lalu dimana sebenarnya letak perbedaan antara Kompany dan Lescott, jika mereka memilki skillyang sama baiknya?
Influence.  Pengaruh Kompany yang begitu besar untuk permainan Manchester City adalah mengapa ia tidak bisa disamakan dengan Lescott. Walau banyak pemain City yang memberikan pengaruh bagi permainan City, seperti, Yaya Toure, David Silva dan Aguero, namun karakter mereka yang diberikan untuk City berbeda-beda. Yaya Toure yang memberi pengaruh untuk lini tengah City, yang memberikan keseimbangan pada tim saat bertahan maupun menyerang. Sedangkan Silva memberikan influencedengan  menjadi jembatan antar lini kedua dan ketiga City. Dan Aguero jelas menjadikan dirinya sebagai another joker untuk City dengan gol-golnya.

Begitu juga dengan Kompany, pengaruh yang dia berikan kepada Manchester City adalah di lini pertahanan. Kedewasaan, ketenangan dan sikap yang komunikatif di dalam dan luar lapangan, menjadikan Mancini mempercayainya sebagai kapten tim. Bagaimana dia membimbing bek muda Nasistic untuk selalu bermain tenang dan lugas, memberikan instruksi untuk tim ketika bertahan dan menyerang menjadikan bukti pengaruh Kompany untuk City begitu besar.

Kekalahan City atas Everton kemarin, membuat Mancini menyesali kegagalannya mendapatkan center back tangguh di bursa transfer awal tahun ini. Mencari pelapis Kompany jelas akan menjadi tujuan utama Roberto Mancini, pada bursa musim ini, siapa tahu hal yang sama akan terulang kembali.

Sangat penting untuk bisa membeli pemain yang tak hanya memilki kemampuan namun juga karakter kuat dan memberi pengaruh untuk tim. Penampilan Nasistic yang semakin gemilang, serta kembalinya the skipper, Vincent Kompany, pada kurun waktu 2 minggu kedepan, akan membuat City semakin kuat kedepannya. Kita berharap saja, semoga tidak ada PHP part II dari Kompany musim depan.

You Might Also Like

0 comments