Everton Is Bigger Than United
September 30, 2013
“Moyes spent 11
years trying to get Everton above Man Utd and now he's finally achieved it,
Well done. #MoyesOut”
Itu adalah salah satu tweet dari
“pendukung” Manchester United setelah mereka mengalami kekalahan yang memalukan
akhir pekan kemarin. Ya, 11 tahun Moyes berusaha menjadikan Everton tim yang
kompetitif dan impiannya pun akhirnya terwujud. Everton berada di atas
Manchester United. Sayangnya bukan Moyes lah yang merealisasikan impian para Evertonian.
Tidak bisa dipungkiri
fenomena ini tidak terlepas dari campur tangan dari David Moyes sendiri. The
chosen one menjadikan tim juara musim lalu ini berada diperingkat 12
dari 6 pertandingan yang sudah mereka jalankan. Terlepas dari permainan yang
sungguh aneh tapi nyata dari Manchester United, Everton berhasil menampilkan
permainan cemerlang sejauh Liga Inggris 2013/2014 bergulir.
Walau baru memainkan 5
pertandingan, Everton telah berhasil memenangi dua laga dan 3 kali mengalami
hasil imbang. Artinya Everton adalah satu - satunya tim Liga Inggris yang belum
terkalahkan.
Perbandingan ini tak
hanya saya lakukan dikarenakan posisi Everton lebih baik dari Manchester
United. Secara permainan, Everton lebih menarik untuk disaksikan ketimbang
menonton laga United yang bisa dikatakan seperti tim yang hidup segan mati tak
mau.
Keberhasilan Everton ini
pun dikarenakan filosofi permainan yang hampir mirip antara manager sebelumnya,
David Moyes, dengan pelatih baru mereka, Roberto Martinez. Kick and
rush dan juga gaya permainan long crosses dari sisi
sayap lapangan, membuat Martinez tak perlu banyak mengubah fondasi yang dulu ia
pernah terapkan bersama Wigan Athletic.
Semenjak kepergian
Christiano Ronaldo dari Manchester United dan mulai uzurnya Ryan Giggs,
keaslian permainan the red devils perlahan mulai menghilang.
Antonio Valencia, Luis Nani, Ashley Young hingga Danny Welbeck bergantian
mencoba peruntungan untuk menjadi suksesor para pendahulu mereka. Namun
sayap-sayap United yang dulu selalu menjadi kebanggan kini hilang begitu saja.
Sir Alex Ferguson pun hingga menjelang akhir karirnya masih belum bisa
menemukan solusi untuk menyembuhkan sayap – sayap patah Manchester United ini.
Saya sempat menyaksikan
pertandingan Everton melawan Chelsea karena saya yakin akan ada sesuatu yang
menarik dari pertandingan tersebut. Tidak memainkan Lukaku dikarenakan
perjanjian antara kedua tim, tidak membuat Everton kehilangan daya serang
mereka. Kehilangan Fellaini pun sebenarnya sudah menjadi kerugian buat Everton.
Namun Martinez bisa menutup lubang yang ada tersebut dengan mendatangkan Gareth
Barry, Gerard Deulofeu dan juga Romelu Lukaku.
Barry yang bermain
bersama Leon Osman pada posisi double pivot, bermain sangat dominan
pada lini tengah the toffees. Barry memainkan peran sebagai deep
lying midfielder dengan mengatur irama permainan, sedangkan Osman
memainkan peran sebagai resistor untuk merusak lini tengah
Chelsea yang diisi Obi Mikel dan Ramires.
Di depan Barry dan Osman,
3 pemain muda berbakat mengisi lini tengah the toffees. Ross
Barkley, Kevin Mirallas, dan juga Steven Naismith menyokong serangan Everton
dari lini kedua. Khususnya Barkley, pemain muda Inggris tersebut mulai
mengalami progres yang cukup baik. Sikap percaya diri di lapangan dengan berani
melakukan penetrasi ke jantung pertahanan lawan, semakin memudahkan pemain
Everton lainnya berada dalam posisi terbuka.
Ya, memang semua itu juga
berkat sentuhan tangan David Moyes. Bagaimana Moyes telah menjadikan Leighton
Baines salah satu full back terbaik di Liga Inggris, menemukan
bakat terpendam dari Ross Barkley dan menjadikan Everton tim yang sulit
ditaklukan.
Namun cerita Moyes kali
ini berbeda. Menangani tim juara musim lalu, dengan squad yang
bisa dikatakan sama, United menjadi tim yang so lame untuk
disaksikan. Bagi pendukung Manchester United ini bagaikan sudah jatuh tertimpa
tangga pula. Seperti yang sudah saya utarakan di atas, pelatih sekaliber Sir
Alex pun masih sulit mencari solusi yang tepat bagaimana kembali membuat tim
ini enak ditonton.
Menjadi juara liga, bukan
berarti mereka adalah tim yang memainkan sepak bola yang benar-benar menarik
untuk disaksikan. Faktor menurunnya performa tim-tim lain seperti, Manchester
City, Chelsea, Arsenal lah yang membuat United berhasil meraih gelar ke-20 mereka.
Masa transisi yang dulu
sering dikatakan para pengamat, sebenarnya hanya teori konspirasi belaka.
United sudah kehilangan identitas dan hanyut dalam hedonisme Liga Inggris.
United harus memilih, apakah mereka akan kembali menemukan identitas mereka
atau bermain di pasar uang Liga Inggris.
Berkebalikan dari United,
Everton semakin menemukan keaslian dirinya. Everton membuat tim-tim lain makin
mengenal dan memberi respect yang tinggi bagi pasukan Roberto
Martinez tersebut. Setidaknya, berada 4 tingkat diatas Manchester United dan
menyandang status sebagai tim yang tak terkalahkan sejauh ini, semakin membuat
para Evertonian merasakan kebahagian yang luar biasa
nikmatnya.
0 comments